Desain

Beban Kognitif dalam UI: Panduan untuk UX yang Lebih Lancar

Berjuang dengan antarmuka pengguna yang kompleks? Jelajahi konsep beban kognitif dalam UI dan cara mengoptimalkan desain Anda untuk UX yang lebih intuitif. 9 Oktober 2024
Beban Kognitif dalam UI

Sebagai desainer, kami berusaha keras untuk menciptakan antarmuka yang intuitif dan efisien yang dapat dinavigasi dengan mudah oleh pengguna. Namun, terkadang desain kita secara tidak sengaja dapat menyebabkan beban kognitif yang berlebihan bagi pengguna, sehingga menyulitkan mereka untuk memproses informasi dan menyelesaikan tugas. Ketika mendesain UI, kita harus mempertimbangkan beban kognitif yang dibebankan kepada pengguna dan mencari cara untuk meminimalkannya.

Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi konsep beban kognitif dalam desain UI dan memberikan tips praktis untuk mengelolanya demi menciptakan pengalaman pengguna yang lebih lancar.

Apa itu Beban Kognitif?

Beban kognitif dalam UI mengacu pada upaya mental yang diperlukan seseorang untuk memahami dan mempertahankan informasi baru. Dengan kata lain, ini adalah berapa banyak "kekuatan otak" yang dibutuhkan untuk menggunakan produk atau menyelesaikan tugas. Otak kita memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses informasi, sehingga ketika kapasitas ini terlampaui, hal ini dapat menyebabkan beban kognitif yang berlebihan.
Dalam desain UI, beban kognitif dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti visual yang rumit, navigasi yang membingungkan, atau informasi yang terlalu banyak. Ketika pengguna dihadapkan pada beban kognitif yang tinggi saat menggunakan antarmuka, mereka mungkin mengalami frustrasi, kebingungan, dan bahkan meninggalkan tugas tersebut.

Teori Beban Kognitif

Teori beban kognitif, yang dikembangkan oleh psikolog pendidikan Australia John Sweller pada tahun 1980-an, memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana otak manusia memproses informasi. Menurut teori ini, otak kita memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses informasi, dan ketika kapasitas ini terlampaui, hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja dan peningkatan kelelahan mental.

Teori beban kognitif sangat penting bagi desainer UI karena membantu kita memahami cara mengelola upaya mental yang diperlukan oleh pengguna, memastikan bahwa antarmuka intuitif dan ramah pengguna. Dengan menerapkan prinsip-prinsip teori beban kognitif, kita dapat membuat desain yang meminimalkan beban kognitif yang tidak perlu dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Jenis-jenis Beban Kognitif

Ada tiga jenis beban kognitif yang dapat dialami pengguna saat berinteraksi dengan UI: beban kognitif intrinsik, beban kognitif asing, dan germane.

Beban Intrinsik

Beban intrinsik mengacu pada kesulitan yang melekat pada suatu tugas atau konsep, yang mewakili upaya mental yang diperlukan untuk memahami dan memproses informasi. Jenis beban ini tidak dapat dihindari dan merupakan bagian alami dari pembelajaran dan pemecahan masalah.

Misalnya, memecahkan persamaan matematika yang rumit atau memahami fitur perangkat lunak baru secara inheren menuntut upaya mental yang signifikan.

Meskipun beban intrinsik diperlukan, penting untuk mengelolanya secara efektif untuk mencegah beban kognitif yang berlebihan. Dengan memecah tugas-tugas yang kompleks menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola, perancang dapat membantu pengguna memproses informasi dengan lebih efisien dan mengurangi risiko membuat mereka kewalahan.

Beban Ekstra

Beban asing adalah upaya mental yang tidak perlu yang diperlukan untuk memproses informasi yang tidak secara langsung relevan dengan tugas yang sedang dikerjakan. Jenis beban ini dapat disebabkan oleh antarmuka yang dirancang dengan buruk, seperti tata letak yang berantakan, instruksi yang tidak jelas, atau visual yang mengganggu. Mengurangi beban yang tidak penting adalah kunci untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih lancar.

Desainer dapat mencapai hal ini dengan menyederhanakan desain, menggunakan bahasa yang jelas dan ringkas, dan meminimalkan gangguan. Sebagai contoh, menghilangkan informasi yang tidak relevan, menggunakan navigasi yang intuitif, dan memberikan instruksi yang lugas dapat secara signifikan mengurangi upaya mental yang diperlukan oleh pengguna, sehingga mereka dapat fokus pada tugas itu sendiri.

Germane Load

Germane load mengacu pada upaya mental yang diperlukan untuk mengintegrasikan informasi baru ke dalam pengetahuan dan skema yang sudah ada. Jenis upaya kognitif ini sangat penting untuk pembelajaran dan pemecahan masalah, karena melibatkan pembuatan hubungan antara informasi baru dan yang sudah ada serta membangun model mental yang baru.

Untuk meningkatkan germane load secara efektif, desainer dapat menggunakan strategi seperti memberikan contoh yang sudah dikerjakan, memberikan umpan balik yang tepat waktu, dan mendorong pembelajaran aktif. Dengan mendorong lingkungan yang mendukung integrasi pengetahuan baru, desainer dapat meningkatkan kemahiran pengguna dan pembelajaran jangka panjang, yang pada akhirnya mengarah pada pengalaman pengguna yang lebih memuaskan.

Faktor-faktor yang Meningkatkan Beban Kognitif

Ketika beban kognitif tinggi, akan sulit untuk berkonsentrasi, belajar, atau membuat keputusan yang efektif. Memori kerja adalah sumber daya kognitif yang terbatas yang dapat dibebani oleh beban kognitif yang tinggi, yang menyebabkan pengalaman pengguna yang buruk. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan beban kognitif:

Faktor Terkait Tugas

Ketika tugas-tugas tersebut rumit atau asing, tugas-tugas tersebut dapat membuat kita berpikir lebih keras dan meningkatkan upaya mental. Demikian pula, ketika kita menghadapi tugas atau informasi baru, otak kita perlu bekerja lebih keras untuk memahaminya. Jika tugas-tugas tersebut tidak jelas atau tidak jelas, akan semakin sulit untuk memahami apa yang harus dilakukan. Selain itu, terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dapat membuat kita kewalahan dan mempersulit kita untuk memproses informasi secara efektif.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelajar

Setiap orang memiliki tingkat kapasitas kognitif dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin merasa tugas atau informasi tertentu lebih mudah dipahami, sementara yang lain mungkin kesulitan dengan tugas yang sama. Faktor-faktor seperti usia, pengetahuan sebelumnya, dan gaya belajar individu juga dapat memengaruhi seberapa banyak beban kognitif yang dialami pengguna. Jadi, sangat penting untuk mempertimbangkan beragam kebutuhan dan kemampuan pengguna Anda saat mendesain antarmuka.

Faktor yang Terkait dengan Desain

Elemen desain seperti tata letak yang berantakan, informasi yang tidak relevan, atau instruksi yang sulit dapat meningkatkan beban kognitif. Faktor desain lain yang dapat berkontribusi pada beban kognitif yang tinggi termasuk ukuran huruf yang kecil, kontras yang rendah antara teks dan latar belakang, dan visual yang ramai. Ketika elemen-elemen ini ada, pengguna mungkin menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencoba memahaminya daripada fokus pada tugas yang sedang dikerjakan.

Faktor Lingkungan

Lingkungan tempat kita belajar dan memproses informasi juga dapat memengaruhi beban kognitif. Misalnya, berada di lingkungan yang bising atau mengganggu dapat membuat kita sulit berkonsentrasi dan fokus. Demikian pula, memiliki terlalu banyak elemen visual pada layar atau halaman dapat membebani otak kita dengan informasi yang tidak perlu, sehingga lebih sulit untuk memahami materi yang penting.

Cara Mengurangi Beban Kognitif dalam UI

Untungnya, ada beberapa cara untuk mengelola beban kognitif dan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. Dengan mengelola beban kognitif, Anda dapat menciptakan pengalaman yang berpusat pada pengguna dan menarik. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat Anda gunakan:

Sederhanakan Jalur Pengguna

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi beban kognitif adalah dengan menyederhanakan jalur pengguna. Ini berarti memecah tugas-tugas yang kompleks menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Misalnya, alih-alih meminta pengguna untuk mengisi formulir yang panjang dengan banyak kolom, pertimbangkan untuk memecahnya menjadi bentuk yang lebih kecil atau menggunakan bilah kemajuan untuk menunjukkan sejauh mana mereka berada dalam proses.

Pandu Pengguna Anda

Pemberitahuan UI yang jelas dan ringkas juga dapat membantu mengurangi beban kognitif. Gunakan bahasa yang sederhana dan hindari jargon untuk memudahkan pengguna memahami apa yang perlu mereka lakukan. Selain itu, memberikan petunjuk visual seperti panah atau ikon dapat memandu pengguna melalui antarmuka dan menyoroti elemen-elemen penting.

Meminimalkan Upaya Mental

Cara lain untuk mengelola beban kognitif adalah dengan meminimalkan upaya mental. Hal ini termasuk menggunakan elemen desain yang sudah dikenal dan konsisten, seperti tombol dan ikon. Menggunakan tata letak standar juga dapat memudahkan pengguna untuk menavigasi antarmuka tanpa harus terus-menerus mengubah orientasi.

Gunakan Alat Bantu Visual

Alat bantu visual, jika digunakan dengan benar, dapat membantu mengurangi beban kognitif dengan menyajikan informasi dalam format yang lebih mudah dicerna. Sebagai contoh, grafik dan bagan dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan data yang kompleks dengan cepat dan jelas. Namun, penting untuk tidak membebani pengguna dengan terlalu banyak visual atau menggunakan visual yang terlalu rumit yang dapat mengalihkan perhatian dari pesan utama.

Menggunakan Psikologi Kognitif untuk Meningkatkan Desain UX

Psikologi kognitif menawarkan wawasan yang berharga tentang bagaimana orang memproses informasi, memahami dunia, dan berinteraksi dengan antarmuka digital. Dengan menerapkan wawasan ini pada desain UX, kita dapat membuat antarmuka yang tidak hanya intuitif tetapi juga efisien dan ramah pengguna.

Misalnya, memahami bagaimana pengguna melihat informasi visual dapat membantu desainer membuat tata letak yang mudah dinavigasi dan dipahami. Menggunakan prinsip-prinsip seperti membagi informasi, memberikan petunjuk visual yang jelas, dan menjaga konsistensi dapat secara signifikan mengurangi beban kognitif. Selain itu, mempertimbangkan faktor-faktor seperti keterbatasan memori dan rentang perhatian dapat membantu dalam mendesain antarmuka yang sesuai dengan sumber daya mental pengguna, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan dan keterlibatan pengguna.

Dengan memanfaatkan psikologi kognitif, desainer dapat menciptakan pengalaman yang disesuaikan dengan cara pengguna berpikir dan memproses informasi, sehingga menghasilkan interaksi yang lebih efektif dan menyenangkan.

Contoh Hukum UX untuk Mengurangi Beban Kognitif

Dalam desain UX, meminimalkan beban kognitif sangat penting untuk menciptakan antarmuka yang intuitif dan mudah digunakan. Berikut adalah beberapa contoh hukum dan prinsip UX yang membantu mengelola beban kognitif:

1. Hukum Miller

Prinsip: Jumlah rata-rata objek yang dapat dipegang oleh seseorang dalam memori kerja adalah sekitar tujuh (plus atau minus dua).

Contoh: Saat mendesain menu navigasi, hindari memasukkan terlalu banyak pilihan. Kelompokkan item terkait ke dalam kategori dan gunakan submenu jika perlu agar jumlah pilihan tetap terkendali. Sebagai contoh, situs e-commerce yang kompleks mungkin memiliki menu utama dengan kategori yang luas seperti "Pria", "Wanita", "Anak-anak", dan "Rumah", dan setiap kategori dapat diperluas ke dalam subkategori yang lebih kecil.

2. Hukum Hick

Prinsip: Waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan meningkat seiring dengan jumlah dan kompleksitas pilihan.

Contoh: Saat menyajikan pilihan kepada pengguna untuk memfilter hasil pencarian, tawarkan sejumlah filter yang paling relevan secara default, dengan opsi untuk melihat lebih banyak. Sebagai contoh, sebuah toko online mungkin menampilkan lima kategori produk teratas secara mencolok, dengan tautan "Lainnya" untuk menampilkan kategori tambahan.

3. Hukum Fitts

Prinsip: Waktu yang dibutuhkan untuk bergerak ke area target adalah fungsi dari jarak dan ukuran target.

Contoh: Tempatkan tombol yang sering digunakan, seperti "Kirim" atau "Tambahkan ke Keranjang", di area yang mudah diakses di layar, seperti sudut kanan bawah, di mana pengguna dapat dengan cepat menemukan dan mengekliknya. Pastikan tombol-tombol ini cukup besar untuk diklik dengan mudah.

4. Prinsip Gestalt

Prinsip: Otak manusia cenderung melihat objek sebagai bagian dari keseluruhan, bukan komponen individual.

Contoh: Gunakan pengelompokan visual untuk membantu pengguna memahami item yang terkait. Misalnya, dalam sebuah formulir, kelompokkan bidang yang terkait bersama dengan judul, seperti informasi pribadi, detail pembayaran, dan alamat pengiriman. Pengorganisasian ini membantu pengguna memproses setiap bagian sebagai unit yang koheren, sehingga mengurangi beban kognitif.

Praktik Terbaik untuk Pengalaman Pengguna yang Lebih Lancar

Setelah kita membahas bagaimana beban kognitif memengaruhi pengalaman pengguna, mari kita jelajahi beberapa praktik terbaik untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih lancar dan efisien:

  • Ketika mendesain, penting untuk melihat sesuatu dari sudut pandang pengguna. Setiap orang berpikir secara berbeda dan memiliki bias masing-masing, jadi memahami hal ini adalah kuncinya.
  • Pastikan desain Anda tidak membanjiri pengguna dengan terlalu banyak informasi sekaligus, karena hal ini dapat membuat mereka kewalahan.
  • Memberikan instruksi yang jelas dan lugas dapat membantu pengguna menavigasi desain Anda tanpa merasa terbebani.
  • Gunakan ikon untuk memandu pengguna melalui antarmuka dan menyoroti elemen-elemen penting. Hal ini dapat membantu meminimalkan upaya mental dengan memberikan petunjuk visual yang mudah dikenali.
  • Konsistensi sangat penting dalam desain. Dengan menggunakan pola dan elemen yang sama di seluruh bagian, pengguna dapat dengan cepat mempelajari dan menavigasi produk Anda tanpa harus terus-menerus mencari tahu tata letak baru.
  • Gunakan ruang negatif dengan bijak dalam desain Anda. Ruang kosong sebenarnya dapat meningkatkan pengalaman pengguna dengan memberikan mata mereka istirahat dari stimulasi visual yang terlalu banyak.
  • Hindari langkah atau tindakan yang tidak perlu dalam desain Anda untuk mengurangi beban kognitif yang berlebihan. Semakin ramping dan efisien prosesnya, semakin sedikit beban kognitif pengguna.
  • Lakukan pengujian kegunaan untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna nyata dan mengidentifikasi titik-titik masalah atau area yang perlu diperbaiki.

Kesimpulan

Mengurangi beban kognitif adalah upaya mental yang diperlukan untuk memahami dan memproses informasi. Penting untuk mengurangi beban ini untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Untuk mencapai hal ini, desainer harus fokus pada pengoptimalan konten dan antarmuka situs web atau aplikasi. Dengan meminimalkan beban kognitif, pengguna dapat menavigasi dan menggunakan situs dengan lebih mudah. Dengan memahami konsep beban kognitif dan menerapkan prinsip-prinsipnya, desainer dapat membuat antarmuka yang intuitif dan ramah pengguna.

15.000+ aset desain 3D yang dapat disesuaikan

untuk UI/UX, situs web, desain aplikasi, dan lainnya. Daftar gratis